Kesan Pertama di Kampus yang “Biasa-Biasa Saja”

Hai… Perkenalkan nama saya Vivi Apriliyani dari Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) 2016, panggil saja vivi hehe.. Saya ingin bercerita mengenai kesan pertama, menjadi mahasiswa baru di universitas impian saya, Universitas Gadjah Mada tentunya ! Sebelum menceritakan kesan pertama menjadi mahasiswa baru, saya ingin menceritakan usaha saya untuk mendapatkan bangku di kampus yang menganggap dirinya biasa-biasa saja ini :).

Jadi, awalnya saya sempat pesimis lho, memutuskan untuk mengambil sosial humaniora (SOSHUM), padahal tidak mengerti banyak mengenai materinya, di SMA mengambil jurusan IPA dan sebelumnya saya bukan orang yang suka membaca banyak teori. Sebenarnya ingin mengambil jurusan biologi, namun pemikiran saya “melamar” UGM itu tidak mudah, banyak sekali peminatnya dan di pikiran saya mayoritas peminat adalah siswa-siswi yang berkualitas, saya yakin jika mengambil SAINTEK hanya dapat mengerjakan soal fisika 3 hingga 4 saja :(, lebih baik saya menghafal daripada harus berhadapan dengan soal-soal fisika hehe :’), akhirnya saya memutuskan untuk mengambil SOSHUM dengan pilihan pertama Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, pilihan kedua sastra arab, dan pilihan ketiga filsafat, karena sama sekali tidak mempunyai buku yang berhubungan dengan IPS, saya menghubungi adik kelas maupun teman sebaya yang bersedia untuk meminjamkan bukunya hingga ujian selesai. Waktu itu, salah satu teman saya mengundang untuk bergabung grup pejuang SBMPTN di line, kami berbagi soal-soal latihan di dalam grup, yang membuat saya pesimis adalah ketika ada yang membagikan soal, semua berantusias untuk mengerjakannya dan beberapa dari mereka sepertinya sangat menguasai materi tersebut, sedangkan saya hanya dapat mengerjakan ketika membahas soal yang berhubungan dengan berhitung. Mayoritas anggota grup juga mengikuti les, saya sempat berfikir, setidaknya jika saya mengikuti les maka dapat membantu memahami materi untuk mengerjakan soal, namun saya tidak dapat memaksakan kondisi orang tua saya pada saat itu yang sedang dalam keadaan sulit, saya tidak ingin merepotkan dan menambah beban beliau. Akhirnya, saya putuskan untuk belajar sendiri dengan buku-buku yang telah saya pinjam, termasuk latihan-latihan soal, jika tidak mengerti, maka saya akan menanyakan ke teman-teman yang lebih paham . Satu-satunya yang menjadi motivasi saat itu adalah “Allah akan melihat usaha yang lebih keras”.

Saya mengatur jadwal dari senin hingga sabtu, hari minggu saya jadwalkan untuk refreshing atau beristirahat agar tidak terlalu stress, namun kenyataan berbeda dengan rencana, merasa tidak dapat tenang, kampus itu lebih menarik daripada refreshing atau beristirahat, terkadang saya tetap menggunakan hari minggu untuk belajar, mengingat keterbatasan materi yang saya pahami dan juga tidak mengikuti les, maka yang saya pikirkan adalah saya harus dapat berusaha 3 kali lipat dari calon mahasiswa baru lainnya. Dari pagi hingga menjelang sore, saya keluar rumah mencari tempat yang nyaman untuk  belajar agar lebih fokus, sepulang belajar saya gunakan untuk beristirahat. Belajar saya lanjutkan pada pukul 19.00 setelah shalat i’sya hingga pukul 02.30 menjelang pagi, saya memang merasa seperti sedang bersiap-siap untuk menghadapi perang, hal tersebut saya lakukan setiap hari selama satu bulan menjelang SBMPTN, hanya usaha dan doa yang menjadi harapan.

Saat hasil SBMPTN diumumkan, saya sempat kecewa karena dinyatakan tidak lolos, sempat drop tidak bersemangat bahkan sakit, namun saya gunakan kesempatan sakit itu, jika tetap belajar dalam keadaan sakit mungkin Allah lebih memperhatikan dan mempertimbangkan untuk memberi apa yang sedang saya usahakan hehe.. Ujian Tulis menjadi harapan satu-satunya untuk mendapatkan bangku S1 di UGM, saya tetap berusaha dan lebih giat dalam latihan soal. Allah memang adil ya, mungkin saat saya dinyatakan tidak lolos melalui SBMPTN, Allah hanya ingin menguji kesabaran, saya dinyatakan diterima melalui jalur Ujian tulis mandiri, Alhamdulillah.. terharu bisa diterima ! :’)

Hari pertama saya memasuki UGM dengan status mahasiswi baru adalah saat gladi bersih Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Maasiswa Baru (PPSMB), kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2016 dengan jadwal berkumpul dengan gugus pukul 07.30, saya mendapat gugus kertanegara 10, semua anggota diperintahkan untuk membawa semua atribut yang telah ditentukan, saya berangkat dari rumah pukul 06.00, di jalan saya tersenyum merasa senang sekaligus bangga, sejenak saya berhenti merasa ada yang kurang, namun saya masih belum menyadarinya, ketika melihat ada mahasiswa yang berjalan memakai caping, seketika itu saya sadar bahwa saya lupa membawa caping, waktu menunjukkan sekamir pukul 06.30, karena khawatir terkena sanksi dan dianggap tidak bertanggung jawab, saya putuskan untuk pulang mengambil caping. Jalan sangat macet, saya semakin panik dan berusaha sampai ke rumah secepat mungkin, perjalanan dari kampus hingga rumah memakan waktu sekiar 25 menit, jika tidak mengalami macet. Sesampainya di rumah, saya langsung mengambil caping dan kembali mengendarai motor untuk kembali ke kampus, jalanan tambah macet, saya tsayat telat dan panik, namun berusaha untuk tenang dan tetap fokus. Di pikiran saya, jika kami melsayakan kesalahan ketika “ospek” maka kami akan terkena sanksi dan pasti akan sangat malu. Saya tiba di kampus pukul 07.26, hampir saja telat, setelah itu saya mencari gugus saya berada, ketika menemukannya, saya melihat ada anak yang lupa membawa caping, pom-pom, ataupun atribut lain yang diperintahkan untuk dibawa, namun mereka tidak dimarahi, ternyata PPSMB berbeda dengan ospek di SMA, tidak ada kegiatan mem-bully mahasiswa baru, PPSMB lebih mengacu pada pendidikan dan menjelaskan materi yang dijadikan bekal bermanfaat untuk mahasiswa baru, saya menyesal sepanik itu mengambil caping :’), eh tapi tidak juga.. saya senang, itu artinya saya bertanggung jawab. Hari pertama gladi bersih, saya mendapat banyak teman baru, semua mengasyikan, walaupun ada yang masih terkesan diam, mungkin sekedar malu bukan tidak mau berinteraksi.

Pada tanggal 1 Agustus 2016 adalah PPSMB PALAPA, PPSMB tingkat universitas, PPSMB berbeda dengan ospek yang stigmanya identik dengan bully, saya berangkat dari rumah pukul 06.00 karena dijadwalkan akan dimulai pukul 07.00, dijalan saya gelisah memikirkan apakah ada yang tertinggal seperti waktu gladi bersih, tapi alhamdulillah tidak ada, jadi saya tidak harus pulang dalam keadaan panik seperti sebelumnya, sesampai di kampus, saya parkir di lembah UGM, tempat parkir pun terlihat sangat penuh, saya kebingungan meletakkan motor saya, alhamdulillah akhirnya ada tempat juga.

Acara dimulai pukul 07.30 dengan dresscode kemeja putih dan rok hitam, meski dijadwal pukul 07.00, mungkin agar tidak “ngaret”. Kegiatan pertama adalah upacara sambutan mahasiswa baru, hati saya bergetar saat itu, merasakan bangga sekaligus haru, saya berada diantara ribuan mahasiswa baru di kampus yang berkualitas, sejenak saya mengingat apa yang telah dikatakan oleh ayah “mahasiswa UGM itu pilihan”, tentu saja saya merasa semakin bangga dan bersyukur. Disambut dengan aksi terjun payung, merupakan hal pertama dalam hidup saya. UGM mendatangkan gubernur Jawa Tengah Gandjar Pranowo, beliau adalah sosok pemegang kekuasaan yang tidak terlalu formal dalam hal penampilan, saya suka dengan gaya beliau yang berbeda, beliau merupakan tokoh idola saya. Setelah upacara selesai, pemandu menggiring kami ke ruang kelas, saat menuju kesana, saya berfikir pasti akan  diberikan tugas dan kelas terkesan sangat formal, namun kenyataannya berbeda, pemandu menjelaskan mengenai PPSMB bahwa tidak ada kegiatan mempermalukan orang lain, jika ada yang merasa dipermalukan boleh melapor. Di dalam kelas kami bersenang-senang, teman-teman saya sangat mengasyikan, suasana kelas terkesan tidak formal dan sangat santai, berbagai canda dan tawa menyelimuti ruang kelas.

Saya ingat jargon yang dibuat oleh pemandu kami, kak rully dan kak roni, setiap pemandu menyebut kertanegara 10, maka kami harus menjawab “equilibria in harmonia”. Di dalam kelas kami belajar mengenai sejarah berdirinya UGM, etika berkomunikasi di media sosial, dan mengenai layanan sumber informasi di UGM, namun kami lebih banyak bersenang-senang, salah satu lagu yang saya ingat di hari pertama adalah “pa.. pa.. tume.. tume.. pa.. pa.., pa.. pa.. tume.. tume.. pa.., tutuke.. tutuke.. pa.. pa.., tutuke.. tutuke.. pa.., kiyene.. kiyene.. kiyene.. aha.. , kiyene.. kiyene.. kiyene.. aha !. Beberapa orang yang salah menjawab pertanyaan, diminta untuk menyanyikan lagu tersebut di depan anggota gugus dengan memakai pom-pom, ini tidak memalukan, justru semua merasa terhibur. Kami menyanyikan lagu “Sinergi dalam Harmoni” juga, begini liriknya,

Hari ini ku awali hari, Bertemu dengan kawan baruku

Bangga jadi Gadjah Mada Muda, Sebagai calon pemimpin bangsa

Disini awal perjuangan kami, Melangkah bersama taklukan dunia

Latar belakang pun tak jadi masalah

Satukan asa tuk raih cita-cita

Berbudaya, bersemangat, bersinergi dalam harmoni

Kami generasi emas Indonesia, geggap gempita raih masa depan

Panas dan hujan tak halangi kami, ukir prestasi untuk Indonesia

Bersama kami PPSMB PALAPA…

Di hari pertama ini, pemandu meminta kami untuk mempresentasikan barang khas yang harus dibawa sebagai tugas, saya sudah membawa gerabah yang lumayan besar dan saya sudah mempersiapkan apa yang akan saya presentasikan dari barang tersebut, namun gerabah saya hilang pada saat upacara, saya sudah melaporkannya ke pemandu sebelum kelas dimulai, sehingga saya tidak mendapatkan poin pelanggaran. Ternyata pada saat presentasi dibuat kelompok, per kelompok ada yang mewakili untuk maju presentasi, sedikit kecewa saya tidak dapat menyampaikannya, namun saya menjadi tahu makanan khas sumatera, yaitu kerang, salah satu teman saya mempresentasikannya, tepat di siang hari dalam keadaan lapar, satu kelas berteriak “hmmm”, mungkin mereka juga merasa semakin lapar saat teman kami mempresentasikan makanan lezat di depan kelas. Hari pertama memang lebih banyak bermain, namun permainan tersebut ada nilainya, saya menjadi lebih tau akan hal-hal baru.

Hari kedua PPSMB PALAPA, tanggal 2 Agustus 2016, jadwal seperti sebelumnya, namun kali ini menggunakan dresscode kemeja merah. Di hari kedua ini, kami belajar mengenai peta UGM, jujur saya tidak begitu paham membaca peta, namun ini sangat bermanfaat, saya jadi lebih tahu tempat-tempat beserta fungsinya yang berada UGM. Saya membuat poster dengan tema larangan merokok di lngkungan kampus, dengan gambar ibu dibelakang anaknya yang sedang merokok dengan kata “Ibu ingin engkau hidup lebih panjang nak”, poster ini dikumpulkan. Kali ini, materi yang disampaikan lebih banyak, namun juga tetap sambil bermain, saya ingat pemandu kami menayangkan video berjudul “baby shark”,

Baby shark dudu..dudu..

Baby shark dudu..dudu..

Baby shark..

Dengan video dua anak, satu perempuan dan satu laki-laki, lucu dan menggemaskan. Video yang kedua berjudul “making melodies”, di dalam video beberapa perempuan seumur ibu saya menari dengan gerakan yang sangat lucu, tangan di dada, lidah di keluarkan, kaki dipendekkan, kemudian berputar, disaat yang lain tertawa dan masih berdiri menyanyikan sambil menirukan gerakan di dalam video tersebut, saya memegang perut dan refleks duduk, saya terpingkal-pingkal tidak dapat menahannya, hingga air mata tidak sengaja keluar dan muka memerah. Semua melihat saya dan ikut tertawa, suasana kelas kembali diselimuti tawa, kali ini lebih keras. Ada salah satu teman kami berinisial U, mukanya terlihat sangat polos namun lucu ketika memeragakan isi video tersebut, saya tidak dapat menahan untuk tertawa, ia pantas untuk melakukan stand-up komedi.

1478778892039

Hari ketiga, tanggal 3 Agustus 2016, PPSMB tingkat fakultas ini bertujuan untuk mengenalkan visi dan misi fakultas, serta berbagai informasi baik berupa nilai-nilai, aktivitas maupun fasilitas yang berhubungan dengan fakultas, kami juga ditegaskan untuk tidak plagiat dalam mengerjakan tugas, dosen yang menjadi pembawa acara saat itu merekomendasikan untuk mencari sumber di web resmi dan jangan lupa mencantumkannya, yang menjadi kesan saat PPSMB fakultas ini, saya berada di kelompok “Tjilik Liwut”, sudah diperintahkan untuk menghafal jingle fakultas, saya mencari videonya di youtube, selesai mengunduhnya, saya menghafal jingle tersebut, ternyata yang saya hafalkan adalah jingle tahun lalu, meski lagunya sama, namun gerakannya berbeda. Saya khawatir membuat kelompok terkena hukuman karena saya, satu saja yang salah, maka menjadi tanggung jawab kelompok, itu yang sudah menjadi kesepakatan sebelumnya. Meski belum semua anggota kelompok hafal, saya tetap merasa bersalah, saya meminta teman saya untuk mengajarkan jingle tersebut kepada kami yang belum hafal, untung saja yang sudah bersusah payah menghafalkan tidak marah, memang semua teman baru saya sangat menyenangkan, mereka malah tertawa melihat kami yang belum hafal, sehingga suasana tidak terasa tegang. Saat dipanggil untuk mengumpulkan tugas dan memperagakan jingle, saya melihat pemandu yang terlihat galak dan judes, namun ternyata tidak, di tengah-tengah saat memperagakan jingle, dia terlihat menahan tawa. Di PPSMB tingkat fakultas ini, kami juga diajarkan untuk demo menuntut hak kebebasan menuntut ilmu, bagaimana cara demo yang bersahabat dan tidak anarkis, salah satu teman sejurusan saya juga mengikuti orasi, ia terlihat pandai berpidato, saya ingin belajar sepertinya. Di dalam demo tersebut kami diajarkan untuk hati-hati dengan provokasi dan jangan mudah terprovokasi.

Hari keempat tanggal 4 Agustus 2016, PPSMB tingkat departemen, saya menjadi lebih kenal dengan teman-teman yang akan menjadi keluarga dan menimba ilmu di kelas yang sama bersama saya, mereka adalah orang-orang yang menyenangkan. Ketika SMA, paling tidak hanya ada 1 hingga 2 murid yang dari luar daerah, namun kali ini untuk pertama kalinya saya satu kelas dengan orang-orang dari luar daerah bahkan dari luar pulau yang lebih banyak, kami terdiri dari berbagai suku, ras, dan budaya, bahkan kami berbeda warna, namun kami terikat dalam satu kata “keluarga”. Peserta PPSMB tingkat departemen diperintahkan untuk membawa roti,permen, snack dan tugas yang telah diberikan, ternyata tujuannya membawa roti adalah untuk makan siang bersama. Ada yang tidak membawa roti, ia terkena poin pelanggaran, masih teringat kata Dewan Pengamat Kegiatan (DPK) saat itu, “Kalau kalian tidak membawa roti, teman kalian mau dikasih makan apa?”, saya semakin mengerti maksud dari PPSMB tingkat departemen ini. DPK mengumumkan akan diadakannya makrab setelah PPSMB selesai, awalnya ada yang pro dan kontra. Setelah itu, diadakan diskusi di ruang 11 mengenai reklamasi teluk Jakarta, berhubung saya sakit dan saya berada di ruang medis, saya tidak mengikutinya, sebenarnya saya berencana untuk mengikuti diskusi tersebut, namun di ruang medis saya tertidur, ketika terbangun, saya menuju ruang 11 dan saya mengikuti diskusi selama 5 menit, setelahnya diskusi dibubarkan dengan akhir saya tidak sempat berbicara apapun. Jujur, saya belum begitu paham mengenai reklamasi, namun saya ingin mengikuti diskusi untuk mengetahui berbagai pendapat mengenai reklamasi sebagai wawasan pertama saya di departemen. Setelah diskusi, kami kembali ke ruang kelas sebelum di ruang 11, DPK masuk dan mengumumkan hal yang berhubungan dengan makrab, yang saya pikirkan waktu itu “makrab lagi, bayar lagi, pasti mahal nih”, namun ketua angkatan PSdK 2015 berjanji untuk meminimalkan anggarannya. Tugas yang diberikan oleh DPK ada manfaatnya, seperti selfie dengan kakak tingkat dari angkatan 2015 hingga angkatan 2013, saya yakin tugas ini bertujuan untuk mengakrabkan mahasiswa baru dengan kakak tingkat, sebagai mahasiswa baru yang masih minim pengetahuan mengenai kampus, kami tidak akan sungkan untuk bertanya kepada kakak tingkat ketika sudah mengenalnya. Tugas membuat film angkatan dan foto angkatan, tujuannya untuk memupuk rasa kekeluargaan antar sesama anggota PSdK 2016.

Hari kelima PPSMB adalah pelatihan softskill, saya bertemu kembali dengan teman-teman yang sama di hari pertama dan kedua, senang sekali rasanya bertemu mereka, memang saya rasa PPSMB tingkat universitas paling berkesan. Saat itu sebelum kelas dimulai, kami bermain “track” saya menyebutnya dengan seni tepuk tangan, saya masih tidak terlalu paham waktu itu. Seorang pengurus layanan informasi masuk ke dalam kelas untuk memberikan berbagai materi yang berhubungan dengan softskill, beliau menanyakan “Jika ada batu besar, kerikil, dan pasir, mana yang lebih dulu akan kamu masukan ke dalam wadah?”, saya mengangkat tangan dan menjelaskan pendapat saya “batu besar dahulu, kerikil, lalu pasir, agar semua dapat masuk ke dalam wadah tersebut”, saya mendapat hadiah berupa pin, di hari pertama dan kedua saya juga medapat stiker dan lanyard karena menjawab pertanyaan, kalau ada hadiahnya saya bersedia untuk menjawab hehe… Setelah itu, kami diputarkan sebuah film, menurut saya film tersebut mengandung pesan “Jangan jadikan kesedihan menjadi alasan ketidakberkembangan diri, jadikanlah kesedihan sebagai sebuah motivasi untuk menjadi yang lebih baik”, saya lupa judul filmnya, padahal saya berniat untuk mengunduhnya setelah pulang dari kampus. Film selesai, dilanjutkan sholat dan pengumpulan atribut untuk formasi hari terakhir. Sebelum pulang, kami semua membuat sepakat bahwa akan ada tukar kado, minimal isi kado seharga Rp.10.000,00, kami semua setuju, setidaknya ada barang yang dapat dijadikan sebagai kenangan dari teman-teman yang akan menjadi jarang bertemu.

Di hari terakhir, sebelum dilaksanakannya “human LED”, kami berkumpul di kelas, pemandu membagi kami ke dalam kelompok untuk melakukan drama kecil-kecilan dengan tema yang berbeda-beda setiap kelompoknya, saya dan kelompok saya mendapat tema mengenai cara makan yang sehat, saya sedikit malu memperagakannya, namun setelahnya saya malah tertawa, terkesan cerita yang kami buat sedikit aneh hehe.., salah satu kelompok teman saya membuat kesan yang berbeda, mereka mendapat tema untuk berlaku jujur pada saat ujian, 3 orang anggota kelompok mereka menjadi “setan” yang menggoda seorang mahasiswi untuk mencontek, begini dialognya “ jugijag..gijug..gijag..gijug.. setaaaannn dataaanggg, ayoooo nyontek ajaaa, nggak ada yang tau kok, nanti nilaimu jelek lho”, kemudian salah satu anggotanya menjadi malaikat yang melarang mahasiswi tersebut mencontek, akhirnya mahasiswi tersebut mencontek dan ketauan, 3 setan tersebut menghasut dosen untuk marah, dan sampai sekarang, saya lihat 3 teman saya yang menjadi “setan” tersebut sepertinya bersahabat, mungkin itu adalah hal yang sangat berkesan bagi mereka yang tanpa sengaja memakai baju yang sama dan berperan menjadi “setan” berasama.

Pemandu memberikan materi mengenai “locally rooted, globally respected”, kemudian dibagi beberapa kelompok untuk dilakukan debat bertema mempertahankan atau meniadakan budaya karena dianggap menganggu perkembangan, saya dan kelompok saya mendapat bagian kontra dengan pertahanan budaya, menurut kami perlu adanya seleksi tentang budaya, ada yang harus tetap dilestarikan, namun ada yang lebih baik ditinggalkan, di dalam kelompok diskusi, saya menemukan pengalaman dengan mendengar berbagai pendapat dari masing-masing anggota kelompok, sungguh pemikiran yang luar biasa.

Selesai debat, pemandu kami mengambil atribut untuk dijadikan permainan, kami membuat menara, kelompok yang paling tinggi menaranya dan dapat bertahan lebih lama akan mendapat hadiah, bukan kelompok kami yang menang, namun setidaknya berada diposisi kedua hehe… Setelah itu, kami bermain menara, rambu-rambu, mobil, dan tim basket, pemandu kami membacakan sebuah cerita, jika ada kata menara, maka tangan harus membentuk kerucut, jika ada kata rambu-rambu, maka harus berkelompok beranggotakan 3 orang untuk membentuk seperti rambu-rambu, mobil beranggotakan empat, tim basket beranggotakan lima, yang tidak mendapat kelompok akan dihukum bernyanyi “papa tume pa” sekaligus menari “making melodies”. Adzan dhuhur pun sudah terdengar, kami  melanjutkan dengan sholat dan setelahnya makan siang, ketika makan siang selesai, kami memisahkan antara sampah berupa sisa makanan dengan kardus, ini menjadi pembelajaran bagi saya juga.

Kami bersiap-siap menuju lapangan pancasila untuk melakukan formasi yang sudah panitia PPSMB rencanakan, saya penasaran dengan bentuk formasi yang telah direncanakan. Ada beberapa anak yang tidak diperbolehkan panitia untuk mengikuti formasi karena sakit, saya melihat teman saya menangis, saya mulai mengerti, baginya ini adalah momen yang ditunggu. Ia memaksakan dirinya untuk ikut, ia berbicara dengan pemandu kami agar diperbolehkan untuk ikut, namun pemandu menolaknya, betapa terlihat pemandu sangat bertanggung jawab. Ketika kami berada di barisan, tiba-tiba saya mendapat kabar, bahwa teman saya diperbolehkan untuk mengikutinya, syukurlah.. bagi saya, ini adalah sebuah kebanggan membuat formasi bersama mahasiswa baru yang menjadi pilihan UGM, tidak mudah bagi saya untuk melepas kesempatan tersebut juga. Saya berada di barisan cukup tengah, sehingga meski ditayangkan di layar, saya tidak dapat melihatnya, sempat terlihat seperti lambang PBB, ternyata  benar itu adalah lambang PBB untuk perdamaian dunia, selanjutnya tanpa disangka-sangka, “Human LED” membentuk empat formasi, pemandu memerintahkan untuk membuka setiap LED sesuai perintah , yang terbentuk adalah bendera Indonesia, pulau-pulau di Indonesia, Pancasila, dan lambang ASEAN, lima formasi sekaligus telah terbentuk, sungguh luar biasa !, saya membayangkan begitu lelahnya panitia mengatur agar menjadi sesempurna seperti yang direncanakan, jika ada yang sakit maka barisan akan digantikan oleh panitia, namun ketika formasi selesai, yang dikatakan oleh panita adalah untuk memuji kami, bukan memuji jerih payah mereka sendiri “dek kalian luar biasa, hebat !”, saya terharu dan saya mulai mengerti, panitia berusaha untuk membuat kami tertawa bahagia dan memberi kesan yang baik saat PPSMB, merekalah yang luar biasa, saya tidak akan pernah melupakan momen-momen tersebut :’).

Demikian kesan-kesan di minggu pertama bersama kampus yang memproduksi banyak manusia berkualitas, namun masih menganggap dirinya “biasa-biasa saja” :).